MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm
<p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Medfarm</span></span></strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> ( </span></span><a href="http://u.lipi.go.id/1573530936"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">e-ISSN:2715-9957</span></span></a><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> ) </span></span><a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1385100476&1&&"><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">(p-ISSN:2354-8487)</span></span></a><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> a</span></span><strong>Medfarm</strong> is an open access journal which is a media of research publication and <em>review article</em> on all aspects of pharmaceutical science that is innovative, creative, original and based on <em>scientific</em>. Articles published in this journal include Pharmaceutical Technology, Pharmacology, Pharmaceutical Chemistry, Traditional Medicine, Food and beverages, and the field of public health</span></span></p>LPPM Akafarma Sunan Giri Ponorogoen-USMEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan2354-8487FORMULASI SEDIAAN PACTH ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/417
<p>Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh diatas normal, dikatakan demam jika suhu tubuh berada >37,5 <sup>O</sup>C. Temulawak (<em>Curcuma xanthorrhiza </em>Roxb.) mempunyai kandungan senyawa flavanoid yang telah dikenal memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor enzim cyclooxygenase (COX) yang berperan dalam pembentukan prostaglandin. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan patch ekstrak rimpang dan menguji efektivitasnya sebagai antipiretik. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan metode variasi konsentrasi ekstrak rimpang temulawak (F1=0,45 gram; F2= 0,75 gram) serta pengujian efek antipiretik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah induksi pepton sebanyak 1 ml secara intraperitoneal pada tikus. Hasil penelitian menunjukan kedua formulasi F1 dan F2 untuk uji organoleptik memiliki warna, bau, dan bentuk yang sama (warna keorange an, bentuk transdermal, dan bau khas temulawak); untuk uji homogenitas, susut pengeringan, ketebalan patch dan uji efektivitas antipiretik patch memenuhi persyaratan. Namun pada uji ketahanan lipatan patch belum memenuhi persyaratan yaitu >200 kali lipatan. Berdasarkan hasil tersebut patch rimpang temulawak belum memenuhi syarat dibuatnya sediaan patch, dikarenakan patch belum memenuhi syarat uji ketahanan lipatan. Uji efektivitas antipiretik diperoleh pada konsentrasi F1 = 0,45 gram ekstrak rimpang temulawak memiliki efektivitas antipiretik sebesar 36,1±0,3 <sup>O</sup>C dengan presentase penurunan demam sebesar 0,28% pada menit ke-60.</p>arinda Nur cahyaniIndira Pipit MirantiIva Rinia DewiAdi SusantoMa'rifah .
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713214615710.48191/medfarm.v13i2.417Gambaran Penggunaan Obat Antiretroviral (ARV) Pasien Pediatri yang Menderita HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Tahun 2022
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/392
<p>Anak dapat tertular HIV/AIDS akibat infeksi yang dialami ibu saat hamil atau melahirkan. Selain itu, anak-anak yang mengalami pelecehan seksual juga dapat terkena HIV. Tujuan penelitian yaitu gambaran penggunaan obat antiretroviral (arv) pasien pediatri yang menderita HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode tahun 2022. Metode: metode observasional deskriptif, mengumpulkan data secara retrospektif. Data yang diambil berdasarkan catatan rekam medis pasien periode tahun 2022 berupa jenis kelamin, tingkat usia, dan terapi obat pasien pediatri yang menderita HIV/AIDS. Hasil penelitian: didapatkan laki-laki (50,94%) dan pasien Perempuan (49,06%), Kelompok penderita HIV/AIDS terbanyak anak usia 1 sampai 11 tahun, yakni sebanyak 26 pasien (49%), golongan obat ARV terbanyak yaitu golongan NRTI (53,54%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran penggunaan obat anti retroviral (ARV) pasien pediatri yang menderita HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Tahun 2022 dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antiretroviral terbanyak yaitu Duviral® (lamivudin-zidovudin) +efavirenz sebanyak 28 pasien (52,83%).</p>elsa marsellinda
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713215816510.48191/medfarm.v13i2.392JAMUR ENDOFITIK BS-1 DARI BUNGA SAMBILOTO (Andrographis paniculata) PADA MEDIA PERTUMBUHAN KACANG HIJAU: SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/319
<p><em>Sambiloto (Andrographis paniculata) is a medicinal plant in the Acanthaceae family. A. paniculata is known to synthesize active compounds with potent antioxidant properties that effectively hinder the activity of free radicals. Further studies of the antioxidant activity of this plant can be elaborated using its endophytic fungi. This research aims to analyze phytochemicals and measure the antioxidant activity (IC</em><sub>50</sub><em>) of the endophytic fungus BS-1 in flower of sambiloto. The results of the phytochemical screening of the ethyl acetate extract (EtOAc) of the BS-1 endophytic fungus were declared positive for containing steroid, terpenoid, phenolic and alkaloid compounds. The antioxidant test results indicated a very strong free radical inhibition ability with an IC</em><sub>50</sub><em> value = 34.61 ppm.</em></p>Siti AisyahWandi OktriaMauline Adia SilvaniRiga Riga
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713216617510.48191/medfarm.v13i2.319REVIEW, APLIKASI PENGHANTARAN INTRAVAGINAL BERBASIS POLIMER TERMOSENSISITIF-MUKOADHESIF PADA SEDIAAN GEL IN SITU
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/331
<p>Gel <em>in situ</em> termosensitif merupakan jenis sediaan <em>in situ</em> gel yang berbentuk larutan kental pada suhu ruang namun berubah menjadi gel pada suhu tubuh. Polimer yang digunakan pada formulasi gel <em>in situ</em> memiliki karakteristik khas yakni bersifat sensitif terhadap suhu. Review artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian literatur mengenai aplikasi penghantaran obat intravaginal berbasis polimer termosensitif-mukoadhesif pada sediaan gel <em>in situ</em>. Hasil review menunjukkan bahwa formulasi sediaan gel <em>in situ</em> termosensitif-mukoadhesif dilakukan dengan menggunakan polimer yang bersifat termosensitif. Polimer yang umum digunakan untuk formulasi sediaan ini yaitu Poloxamer 407 yang dikombinasikan dengan polimer-polimer mukoadhesif. Konsentrasi poloxamer 407 yang digunakan sebagai thermogelling agent yaitu 15% - 20% yang terbukti dapat memperpanjang waktu tinggal obat dan mempertahankan sifat thermogelling pada vagina. Poloxamer 407 sebagai polimer termosensitif dapat dikombinasikan dengan carbopol, HEC, HPMC, kitosan, natrium alginate, PEG-400, polikarbofil, poloxamer 188. Kombinasi polimer tersebut sangat efektif karena stabilitas dan sifat mekaniknya yang baik serta mampu melepaskan bahan aktif untuk mendukung sistem penghantaran obat intravaginal.</p>michrun nisa
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713217618710.48191/medfarm.v13i2.331UJI ANTIOKSIDAN FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN BASA
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/341
<p><em>Star fruit (Averrhoa bilimbi L) has antioxidant activity like its leaves. The formulation of star fruit in effervescent granule preparations is one of the attractive instant drinks to make it easier for people in Indonesia to consume star fruit. The purpose of this study was to determine the antioxidant activity of star fruit ethanol extract, effervescent granules of star fruit ethanol extract using the ABTS method (2,2-Azinobis 3- Ethylbenzothiazoline 6-Sulfonic Acid) and to determine the effect of variations in acid and base concentrations on the physical quality of effervescent granule preparations. Star fruit extract is obtained by maceration using a 96% ethanol solvent. This research method is an experimental research method. Starfruit effervescent granules are made with a ratio of citric acid, tratatic acid, and sodium bicarbonate consisting of formula 1 (26%:13%:32.5%), formula 2 (13%:26%:32.5%), and formula 3 (20%:10%:35.2%). The results showed that the IC50 value of ethanol extract was 26.168 μg/ml, effervescent granules had an IC50 value of 38.714 μg/ml, including having very strong antioxidant activity. The physical quality evaluation test of effervescent granules obtained optimal results, namely formulation 2, because it met all requirements.</em></p>riski amaliya
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713218819610.48191/medfarm.v13i2.341UJI IN SILICO TOKSISITAS SENYAWA DERIVAT FLAVONOID BESERTA MODIFIKASI SENYAWA BARU
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/336
<p>Obat yang menggunakan bahan alam sebagai bahan baku harus dilakukan uji terhadap efek toksisitas dari senyawa yang terkandung, sehingga dapat digunakan menjadi sediaan oral yang memenuhi persyaratan keamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas toksisitas pada senyawa derivat flavonoid dan rancangan senyawa baru yang memiliki prediksi profil toksisitas lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode <em>in silico </em>yaitu <em>software Toxtree </em>dengan parameter yang digunakan yaitu <em>carcinogenicity (genetox and nongenotox) and mutagenicity rule base by ISS, cramer rules </em>dan <em>in vitro mutagenicity (Ames test) alert by ISS. </em>Hasil prediksi toksisitas senyawa derivat flavonoid bersifat <em>high </em>III, bersifat karsinogen mutagen pada senyawa luteolin, luteolin 7 glukosidase dan rutin, tetapi senyawa afzelechin, epicatechin, epicatechin 3 gallat, <em>quersetin </em>tidak bersifat karsinogen mutagen. Hasil modifikasi senyawa baru luteolin 7 glukosidase dapat menurunkan toksisitas berupa termasuk kategori kelas II, tidak bersifat karsinogen dan mutagen.</p> <p> Kata kunci : Derivat flavonoid, <em>In silico, </em>Toksisitas, <em>Toxtree, </em>Modifikasi senyawa.</p>Tiara Ajeng ListyaniMuniroh AddawiyyahDanang Raharjo
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713219721010.48191/medfarm.v13i2.336PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK PADA KONSUMEN APOTEK ”X” PONOROGO
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/448
<p><em>Antibiotics are one of the main drug options for treating infections. However, if not used wisely, it will lead to resistance effects. Until now, there have been many cases of antibiotic resistance due to improper use. This research was conducted to determine the level of patients' knowledge about the use of antibiotics before and after being given education. This study uses a pre-experimental design with a one group pretest and post-test with a measuring instrument in the form of a questionnaire. The number of samples used was 78 respondents, with data collection through purposive sampling by providing education verbally and through audiovisual media. Data analysis for statistics used the Wilcoxon test. Description of the respondents' knowledge level before health education: in the good category, there were 17 (21.8%) respondents, in the sufficient category, there were 30 (38.5%) respondents, and in the poor category, there were 31 (39.7%) respondents. After health education, the results showed that in the high category, there were 58 (74.4%) respondents, in the sufficient category, there were 19 (24.4%) respondents, and in the poor category, there was 1 (1.2%) respondent. The results of the Wilcoxon test showed a value of 0.000, indicating a p-value < 0.05, thus it can be concluded that there is an influence of health education on respondents' knowledge regarding the prudent use of antibiotics. </em></p>Dianita Rifqia PutriTutut Setyowati
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-272024-12-2713221121910.48191/medfarm.v13i2.448Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Labuapi Kabupaten Lombok Barat Berdasarkan Permenkes 74 Tahun 2016
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/444
<p>Pengelolaan obat merupakan sebuah rangakaian pengendalian obat mulai dari proses seleksi, pengadaan, distribusi, hingga penggunaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Labuapi Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini bersifat deskriptif, pengumpulan data melalui observasi, telaah dokumen dan wawancara dengan apoteker. Hasil penelitian diperoleh bahwa: pengelolaan obat telah sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dengan nilai presentase 100% kesesuaian berdasarkan regulasi yang berlaku, sedangkan pada aspek perencanaan kebutuhan memperoleh hasil presentase yaitu 100 %, pada aspek penyimpanan hasil presentase yang diperoleh yaitu 91,66% dan pada pencatatan dan pelaporan hasil presentase yang diperoleh yaitu 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan obat di puskesmas Labuapi masih ada yang belum memenuhi standar pengelolaan obat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan no.74 Tahun 2016.</p>Almahera Almahera
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-302024-12-3013222023210.48191/medfarm.v13i2.444PENENTUAN NILAI SPF KRIM EKSTRAK DAUN TIN (Ficus carica L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/463
<p>Flavonoid berasal dari daun tin (Ficus Carica L.) dapat berperan sebagai tabir surya dengan cara menyerap sinar UV dikarenakan memiliki antioksidan. Antioksidan mampu mengatasi stres oksidatif pada kulit, membantu mengurangi gejala penuaan kulit, dan dapat digunakan dalam pengobatan beberapa penyakit kulit yang rentan terhadap sinar UV. Penelitian ini dirancang dalam bentuk krim untuk memudahkan pengaplikasian, tidak lengket, dan dapat dengan mudah dibersihkan dengan menggunakan air. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ekstrak daun Tin diformulasi dalam bnetuk krim dengan mengukur nilai SPF. <br>Penyarian ekstrak secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Variasi formulasi yang dilakukan meliputi tiga persentase, yaitu 1%, 2%, dan 3% dengan penambahan formula kontrol sebagai pembanding. Formulasi krim yang dibuat melalui penggabungan fase minyak dan fase berair, kemudian diikuti dengan homogenisasi. Pengujain mutu fisik sediaan krim ekstrak daun tin meliputi uji organoleptis, uji bebas etanol, penetapan kadar air, uji pH, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim dan analisis bahan aktif, pengukuran SPF krim dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm interval 5nm. Hasil data dianalisis secara statistika dengan perangkat lunak SPSS. <br>Hasil mutu fisik sediaan krim tabir surya ekstrak daun Tin memiliki hasil yang baik dan Sediaan krim Formula 1 memiliki nilai SPF 15,81 ± 0,01, Formula 2 ; 32,04 ± 0,01, dan Formula 3 ; 35,92 ± 0,01. Nilai SPF dan mutu fisik yang paling baik diantara ketiga formula adalah sediaan krim.</p>Iswandi Iswandi
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-302024-12-3013223324610.48191/medfarm.v13i2.463ANALISIS BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus) KONDISI HIPERGLIKEMIK YANG DIBERIKAN SEDIAAN ORAL DAN GEL EKSTRAK BUAH OKRA (Abelmoschus esculentus L. Moench)
https://jurnalfarmasidankesehatan.ac.id/index.php/medfarm/article/view/306
<p>Tanaman okra merupakan tanaman dengan kandungan metabolit sekunder yang memiliki potensi terhadap aktivitas farmakologi. Aktivitas farmakologi yang diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologi hewan coba yang mengalami hiperglikemik sehingga berpengaruh terhadap berat badan hewan coba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian ekstrak buah okra secara oral dan topikal terhadap berat badan mencit hiperglikemik. Sampel penelitian dikeringkan sampai menjadi serbuk, dimaserasi 5 hari dengan etanol 70% dan dipekatkan sampai kental. Mencit jantan galur <em>Mus musculus</em> dikondisikan hiperglikemik dengan STZ dosis 0,06 mg/gBB. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kelompok 1 (kontrol Non-DM/oral CMC Na+gel plasebo), kelompok 2 (kontrol DM/oral CMC Na+gel plasebo), kelompok 3 (uji I/oral CMC Na+gel ekstrak buah okra 12%), kelompok 4 (uji II/oral glibenclamide+gel plasebo), kelompok 5 (uji III/oral glibenclamide+gel ekstrak buah okra 12%), kelompok 6 (uji IV/oral ekstrak buah okra+gel plasebo), kelompok 7 (uji V/oral ekstrak buah okra+gel ekstrak buah okra 6%), kelompok 8 (uji VI/oral ekstrak buah okra+gel ekstrak buah okra 12%). Dosis glibenclamide 5 mg/KgBB, dosis ekstrak buah okra 400 mg/KgBB serta dosis CMC Na 5 mL/KgBB. Terapi diberikan 1 kali sehari (oral dan topikal) selama 15 hari terapi yang dilihat pada hari ke-0, 5, 11 dan 15. Hasil penelitian menunjukan pada terapi hari ke 0 memberikan hasil uji beda yang signifikan (P<0,05) pada semua kelompok perlakuan. Perbedaan yang tidak signifikan terjadi pada terapi hari ke 5, 11, dan 15 dengan nilai P>0.05 yang menyatakan bahwa berat badan tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok perlakuan.</p>PRA PANCA BAYU CHANDRA
##submission.copyrightStatement##
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-302024-12-3013224725610.48191/medfarm.v13i2.306